Senin, 31 Oktober 2016

Makalah Supervisi Klinis

SUPERVISI KLINIS



Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Supervisi Pendidikan
Pada Jurusan Tarbiyah Program Studi Manajemen Pendidikan Islam
Semester 7 Kelompok 4
DISUSUN OLEH KELOMPOK  I

Danial
NIM: 02133206
Sartini
NIM: 02133203
Nurpaidah
NIM: 02133092

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
WATAMPONE
2016


KATA PENGANTAR
بِسْمِ اللهِ الّرحْمنِ الّرحِيْمِ
اَلسَلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur  kita panjatkan kehadirat Allah swt. Karena atas berkat limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Dan tak lupa pula kita kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, karena atas jasa-jasa beliaulah sehingga kita dapat membedakan yang mana yang haq dan mana yang bathil.
            Terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini, dan juga kepada teman-teman yang berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini karena dengan berkat kerja samanya sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai apa yang diharapkan.
Manusia pasti memiliki kekurangan seperti halnya dalam pembuatan tugas ini pun kami banyak sekali kekurangan. Untuk itu, kami selalu mengharap kritik dan saran dari pembaca guna kemajuan bersama.
Akhir kata dari penulis mengucapkan banyak terima kasih.

وَلسَلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ

Watampone, 14 Oktober 2016


Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................   i
DAFTAR ISI...........................................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.............................................................................................   1
B.     Rumusan Masalah........................................................................................   2
C.     Tujuan Masalah............................................................................................   2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan Ciri-Ciri Supervisi Klinis.....................................................   3
B.     Tahap/Langkah-Langkah Pelaksanaan Supervisi Klinis..............................   6
C.     Tips dan Trik dalam Melaksanakan Supervisi Klinis...................................   10
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan..................................................................................................   12
B.     Saran............................................................................................................   12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................   13



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada dasarnya, supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan. Supervisi merupakan salah satu faktor penting sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui kegiatan yang dilakukan oleh supervisor pendidikan dalam hal ini pengawas pendidikan pada satuan pendidikan formal.
Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peranan supervisor di bidang pendidikan yang berupaya menemukan masalah-masalah pendidikan dan selalu memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi. Dengan demikian, supervisi pendidikan bermaksud meningkatkan kemampuan profesional dan teknis bagi guru, kepala sekolah, dan personel sekolah lainnya agar proses pendidikan di sekolah lebih berkualitas.
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.


Dalam melaksanakan kegiatan supervisi, kepala sekolah harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya.
Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikannya khususnya guru, disebut supervisi klinis, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan menguraikan tentang supervisi klinis yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kemampuan profesional guru.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam makalah ini adalah:
1.      Apa pengertian dan ciri-ciri supervisi klinis ?
2.      Bagaimana tahap/langkah-langkah pelaksanaan supervisi klinis ?
3.      Bagaimana tips dan trik dalam pelaksanaan supervisi klinis ?
C.    Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari permasalahan dalam makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian dan ciri-ciri supervisi klinis.
2.      Untuk mengetahui tahap/langkah-langkah pelaksanaan supervisi klinis.
3.      Untuk mengetahui tips dan trik dalam pelaksanaan supervisi klinis.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan Ciri-Ciri Supervisi Klinis
1.      Pengertian Supervisi Klinis
Supervisi klinis merupakan pembinaan profesional yang dilakukan secara sistematis kepada guru sesuai kebutuhan guru yang bersangkutan dengan tujuan untuk membina keterampilan mengajarnya. Pembinaan itu dilakukan dengan cara yang memungkinkan guru menemukan sendiri cara-cara untuk memperbaiki kekurangannya sendiri (dalam suatu pengakuan yang jujur dan tulus).
Lebih lanjut dikemukakan oleh R.Weller Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui suatu siklus yang sistematik dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan yang mengajar nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. K.A. Acheson & M.D. Gall (1980) mengemukakan bahwa supervisi klinis adalah proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian atau kesenjangan tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku yang ideal.
Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses kepemimpinan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru khususnya dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.


Supervisi klinis bertujuan untuk memperbaiki perilaku guru-guru dalam proses belajar mengajar, terutama yang kronis, secara aspek demi aspek yang intensif, sehingga mereka dapat mengajar dengan baik. Ini berarti perilaku yang tidak kronis bisa diperbaiki dengan teknik supervisi yang lain.
Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut. Ibarat seorang dokter yang akan mengobati pasiennya, mula-mula dicari dulu sebab dan jenis penyakitnya dengan jalan menanyakan kepada pasien apa yang dirasakannya, di bagian mana dan bagaimana rasanya. Setelah diketahui dengan jelas apa penyakitnya, maka diberikan saran atau pendapat tentang bagaimana sebaiknya agar penyakit itu tidak semakin parah, dan pada waktu itu juga dokter memberikan resep obatnya.
Di dalam supervisi klinis cara “memberikan obatnya” dilakukan setelah supervisor mengadakan pengamatan secara langsung terhadap cara guru mengajar dengan mengadakan “diskusi balikan” antara supervisor dan guru yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan “diskusi balikan” adalah diskusi yang dilakukan segera setelah guru selesai mengajar, dan bertujuan untuk memperoleh balikan tentang kebaikan maupun kelemahan yang terdapat selama guru mengajar serta bagaimana usaha untuk memperbaikinya.

2.      Ciri-Ciri Supervisi Klinis
Adapun ciri-ciri atau karakteristik dari supervisi klinis yang membedakan dengan supervisi lainnya, yaitu sebagai berikut:
a.       Pada dasarnya supervisor dan guru sederajat dan saling membantu dalam meningkatkan kemampuan dan sikap keprofesionalannya.
b.      Fokus supervisi klinis adalah pada perbaikan cara mengajar bukan mengubah kepribadian guru.
c.       Balikan supervisi klinis didasarkan atas bukti pengamatan dan bukan atas keputusan penilaian yang tidak di dukung oleh bukti nyata.
d.      Bersifat konstruktif dan memberi penguatan pada pola-pola dan tingkah laku yang berhasil daripada mencela dan “menghukum” pola-pola tingkah laku yang belum berhasil.
e.       Tahapan supervisi klinis merupakan kontinuitas dan dibangun atas dasar pengalaman masa lampau.
f.       Supervisi klinis merupakan suatu proses memberi dan menerima yang dinamis dimana supervisor dan guru merupakan teman sejawat di dalam mencari pengertian bersama dalam proses pendidikan.
g.      Tiap guru mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk mengemukakan pokok-pokok persoalan, menganalisis cara mengajarnya sendiri dan mengembangkan gaya mengajarnya.
h.      Supervisor mempunyai kebebasan maupun tanggung jawab untuk menganalisis dan mengevaluasi cara melakukan supervisi sebagaimana cara menganalisis cara mengajar guru.
i.        Guru mempunyai prakarsa dan tanggung jawab dalam meningkatkan kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran.
j.        Supervisor dan guru bersifat terbuka dalam mengemukakan pendapat dan dilandasi saling menghargai kedudukan masing-masing dan secara bersinergi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru.
B.     Tahapan/Langkah-Langkah Pelaksanaan Supervisi Klinis
Sebagaimana lazimnya pelaksanaan supervisi  pengajaran tidak terlepas dari prosedur dan tahapan dalam pelaksanaannya. Demikian pula kegiatan supervisi klinis, dilaksanakan dengan tahapan yang sistematis.
Pada dasarnya para ahli mempunyai prinsip yang sama, bahwa supervisi klinis berlangsung dalam suatu proses yang berbentuk siklus dengan tiga tahap yaitu (1) pertemuan awal, (2) tahap observasi kelas, (3) tahap pertemuan balikan/evaluasi.
1.      Tahap pertemuan awal
Pada tahap pertemuan awal merupakan pembuatan kerangka kerja, karena itu perlu diciptakan suasana akrab dan terbuka antara supervisor dengan guru, sehingga guru merasa percaya diri dan memahami tujuan diadakan pendekatan klinis. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada tahap ini antara lain:
a.       Menciptakan suasana persahabatan dan keterbukaan antara supervisi dan guru.
b.      Membicarakan rancangan yang telah dibuat oleh guru yang meliputi penentuan kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, metode pembelajaran, media/alat, dan evaluasi.
c.       Mengidentifikasi jenis-jenis kompetensi dasar beserta indikator-indikator yang akan dicapai oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.
d.      Mengembangkan instrumen observasi yang akan digunakan untuk merekam data kinerja guru.
e.       Mendiskusikan instrument observasi, selanjutnya supervisor dan guru membuat kesepakatan tentang data yang akan dikumpulkan dan sekaligus akan menjadi catatan penting pada tahap-tahap selanjutnya.
Pertemuan awal menjadi penentu tahap berikutnya, karena tahap pra observasi menyepakati kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pelaksanaan observasi di kelas yang melibatkan supervisor sebagai observer.
2.      Tahap observasi kelas
Pada tahap ini, guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai pedoman dan prosedur yang telah disepakati pada saat pertemuan awal. Selanjutnya supervisor melakukan observasi berdasarkan instrument yang telah dibuat dan disepakati dengan guru. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a.       Supervisor bersama guru memasuki ruang kelas tempat proses pembelajaran akan berlangsung.
b.      Guru menjelaskan kepada siswa tentang maksud kedatangan supervisor dan ruang kelas.
c.       Guru mempersilahkan supervisor untuk menempati tempat duduk yang telah disediakan.
d.      Guru mulai melaksanakan kegiatan mengacu pada pedoman dan prosedur yang telah disepakati pada saat pertemuan awal dengan supervisor.
e.       Supervisor mengobservasi penampilan guru berdasarkan format observasi yang telah disepakati.
f.       Setelah guru selesai melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran, bersama-sama dengan supervisor meninggalkan ruang kelas dan pindah ke ruang atau rang pembinaan. 
Pertemuan setelah observasi berlangsung, supervisor menggunakan informasi yang dikumpulkan untuk membantu guru dalam menganalisis pelajaran. Pertemuan setelah observasi lebih memfokuskan permasalahan yang sebelumnya sudah disetujui bersama dan tidak menyimpang dari kesepakatan pertemuan awal. Dengan kata lain, pembahasan ataupun diskusi berlangsung dengan suasana keterbukaan dan saling menghargai.
3.      Tahap pertemuan akhir/balikan
Tahap akhir dari siklus supervisi klinis adalah analisis pasca pertemuan (post observation). Supervisor mengevaluasi hal-hal yang telah terjadi selama observasi dan seluruh siklus proses supervisi dengan tujuan untuk meningkatkan performansi guru. Pertemuan akhir merupakan diskusi umpan balik antara supervisor dan guru. Suasana pertemuan sama dengan suasana pertemuan awal yaitu suasana akrab penuh persahabatan, bebas dari prasangka, dan tidak bersifat mengadili. Supervisor memaparkan data secara objektif sehingga guru dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung. Yang menjadi dasar dari balikan terhadap guru adalah kesepakatan tentang item-item observasi yang telah dibuat, sehingga guru menyadari tingkat prestasi yang dicapai. Secara lebih konkrit langkah-langkah pertemuan akhir sebagai berikut:
a.       Supervisor menanyakan perasaan guru selama proses observasi berlangsung untuk menciptakan suasana santai agar guru tidak merasa diadili.
b.      Supervisor memberikan penguatan kepada guru yang telah melaksanakan pembelajaran dalam suasana penuh persahabatan sebagaimana pertemuan awal.
c.       Supervisor bersama-sama guru membicarakan kembali kontrak yang pernah dilakukan mulai dari tujuan pengajaran sampai evaluasi pengajaran.
d.      Supervisor menunjukkan data hasil observasi yang telah dianalisis dan diinterpretasikan, kemudian memberikan waktu pada guru untuk menganalisis data dan menginterpretasikan, selanjutnya didiskusikan bersama.
e.       Menanyakan kembali perasaan guru setelah mendiskusikan hasil analisis dan interpretasi data hasil observasi, dan meminta guru menganalisis proses dan hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh siswa.
f.       Bersama-sama guru, supervisor membuat kesimpulan tentang hasil pencapaian latihan pembelajaran yang telah dilakukan dan pada akhir pertemuan sudah direncanakan pembuatan tahapan kegiatan supervisi klinis selanjutnya. 
Tahap pertemuan akhir/balikan bukan akhir dari kegiatan supervisi klinis untuk selamanya, supervisor mendorong guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu diperhatikan pada kesempatan berikutnya.
Pada prinsipnya setiap guru harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan pembelajaran. Jika jumlah guru cukup banyak, kepala sekolah dapat meminta bantuan wakil kepala sekolah atau guru senior untuk membantu melaksanakan supervisi. Dengan demikian, jika bidang studi guru terlalu jauh, dan kepala sekolah merasa sulit memahami, kepala sekolah dapat meminta bantuan kepada guru senior yang memiliki latar belakang bidang studi yang sama dengan guru yang ingin disupervisi.[13]
C.    Tips dan Trik dalam Pelaksanaan Supervisi Klinis
Terdapat beberapa tips dan trik yang harus diperhatikan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi klinis sebagaimana yang diuraikan di atas. Tips dan trik tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.
1.      Membangun Kesadaran
Setiap guru dan staf sekolah lainnya harus menyadari tugas dan fungsinya masing-masing; bahwa mereka memiliki peran penting dalam mengembangkan pribadi-pribadi peserta didik. Harus disadari bahwa pengembangan pribadi peserta didik ini merupakan suatu proses penyiapan generasi bangsa, sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, yang bisa bersaing, bersanding, bahkan bertanding dengan negara-negara lainnya.
2.      Meningkatkan pemahaman
Setelah setiap guru memiliki kesadaran yang tinggi terhadap tugas dan fungsinya masing-masing, langkah berikutnya adalah meningkatkan pemahaman mereka agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya tersebut dengan baik dan efektif. Melalui pemahaman yang baik akan sangat membantu guru dalam mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai dengan bidangnya masing-masing.
3.      Kepedulian
Tips dan trik berikutnya dalam menghadapi supervisi pendidikan adalah menumbuhkan kepedulian di kalangan guru dan staf lainnya, sehingga mereka peduli terhadap peserta didik dan lingkungannya. Kepedulian ini diharapkan akan menumbuhkan sikap positif di kalangan guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
4.      Komitmen
Tips keempat yang harus dilakukan guru dan staf lainnya dalam menghadapi supervisi pendidikan adalah menumbuhkan komitmen yang tinggi dalam diri kita sebagai guru, sehingga memiliki rasa aman, nyaman dan menyenangkan dalam mengemban tugas dan fungsinya. Komitmen ini merupakan janji yang tinggi bahwa seseorang akan mengabdi diri dalam dunia pendidikan dengan sungguh-sungguh dalam keadaan yang bagaimanapun.[14]



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Supervisi klinis merupakan pembinaan profesional yang dilakukan secara sistematis kepada guru sesuai kebutuhan guru yang bersangkutan dengan tujuan untuk membina keterampilan mengajarnya. Pembinaan itu dilakukan dengan cara yang memungkinkan guru menemukan sendiri cara-cara untuk memperbaiki kekurangannya sendiri (dalam suatu pengakuan yang jujur dan tulus)
2.      Dalam pelaksanaan supervisi klinis terdapat 3 tahap. Pada tahap pertemuan awal terdapat kegiatan-kegiatan; pembahasan pemantapan hubungan antara guru dengan supervisor, membuat perencanaan bersama. Pada tahapan terakhir dari supervisi klinis terdapat kegiatan-kegiatan; analisis data hasil observasi, pertemuan untuk mendiskusikan hasil observasi. Prosedur observasi klinis disebut “siklus” karena ketiga tahapan itu merupakan suatu proses yang berkelanjutan, pada akhir tahap ketiga (pertemuan balikan) sudah mulai dibicarakan bahan masukan (input) untuk tahap pertama (pertemuan awal) pada siklus berikutnya.
3.      Tips dan trik yang dilakukan supervisor dalam melaksanakan supervisi klinis yaitu : membangun kesadaran, meningkatkan pemahaman, kepedulian, dan komitmen.
B.     Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis menyarankan agar tidak hanya menjadikan makalah ini sebagai satu-satunya sumber rujukan, tetapi juga mencari referensi lain yang menyangkut pembahasan tentang supervisi klinis untuk lebih memahami tentang supervisi klinis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Ary H.. Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro. Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1996
Mulyasa, E.. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah, Ed.I. Cet. III; Jakarta Bumi Aksara, 2013
Pidarta, Made. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Ed. I. Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 1992
Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Cet. XXI; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012
Wahyudi. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization). Cet.II; Bandung: Alfabeta, 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar