Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen Perubahan
Pada Jurusan Tarbiyah Program Studi Manajemen
Pendidikan Islam
Semester 7 Kelompok 4
DISUSUN OLEH KELOMPOK II
Danial
NIM: 02133206
Arniati
NIM: 02133076
Nur Alam
NIM: 02133201
Irfan Faisal
NIM: 02133082
Rezki Desyanti
NIM: 02133077
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
WATAMPONE
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Budaya Organisasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan berorganisasi, budaya organisasi dapat
mempengaruhi cara orang dalam berperilaku dan harus menjadi patokan dalam
setiap program pengembangan organisasi dan kebijakan yang diambil. Hal ini terkait dengan bagaimana budaya itu mempengaruhi organisasi dan bagaimana suatu budaya itu dapat
dikelola oleh organisasi. Budaya organisasi mengacu pada hubungan yang unik dari norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan dan cara berperilaku yang menjadi ciri bagaimana
kelompok dan individu dalam menyelesaikan sesuatu.
Budaya
organisasi merupakan norma-norma dan kebiasaan yang diterima sebagai suatu
kebenaran oleh semua orang dalam organisasi. Budaya organisasi tumbuh dari waktu
ke waktu. Orang ada yang merasa nyaman dan ada juga yang merasa tidak nyaman
dengan budaya organisasi yang baru. Bagi orang yang mempertimbangkan perubahan
budaya, biasanya kejadian yang signifikan harus terjadi. Kejadian yang
mengguncang dunia mereka, seperti kebangkrutan, kehilangan sales dan konsumen
yang signifikan, atau rugi jutaan dollar, akan menarik perhatian banyak orang.
Budaya
organisasi tidak selalu tetap dan perlu selalu disesuaikan dengan perkembangan
lingkungan agar organisasi tetap survive. Orang yang mendirikan organisasi
tidak hanya berharap organisasinya hanya sekedar hidup dan menjalankan kegiatannya,
namun juga berharap organisasinya terus tumbuh berkelanjutan (sustainable
growth) oleh karenanya Organisasi harus dapat melakukan perubahan
-perubahan termasuk perubahan budaya Organisasi yang diharapkan memberikan dampak
positif pada kinerja organisasi.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
penulis dapat merumuskan permasalahan dalam makalah ini, yaitu:
1.
Bagaimana
hakikat budaya organisasi ?
2.
Bagaimana
perubahan budaya organisasi ?
3.
Bagaimana
menguasai perubahan budaya organisasi ?
C.
Tujuan
Masalah
Dari rumusan masalah di atas, maka
yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui hakikat budaya organisasi.
2.
Untuk
mengetahui perubahan budaya organisasi.
3.
Untuk
mengetahui cara menguasai perubahan budaya organisasi.
BAB I
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah cara orang
melakukan sesuatu di dalam organisasi. Budaya organisasi merupakan satuan norma
yang terdiri dari keyakinan, sikap, cores values, dan pola perilaku yang
dilakukan orang dalam organisasi. Keyakinan adalah semua asumsi dan persepsi
tentang sesuatu, orang dan organisasi secara keseluruhan, dan diterima sebagai
sesuatu yang benar dan sah. Core values adalah nilai-nilai dominan yang
diterima di seluruh organisasi, sedangkan pola perilaku adalah cara seseorang
bertindak terhadap orang lainnya.[1]
Keberadaan budaya di dalam
organisasi atau disebut dengan budaya organisasi yang tidak bisa dilihat oleh
mata, tetapi bisa dirasakan. Budaya organisasi itu bisa dirasakan keberadaannya
melalui perilaku anggota karyawan di dalam organisasi itu sendiri. Kebudayaan
tersebut, memberikan pola, cara-cara berpikir, merasa menanggapi dan menuntun
para anggota dalam organisasi. Oleh karena itu, budaya organisasi akan
berpengaruh juga terhadap efektif atau tidaknya suatu organisasi.[2]
Budaya organisasi membantu
mengarahkan sumber daya manusia pada pencapaian visi, misi dan tujuan
organisasi. Di samping itu, budaya organisasi akan meningkatkan kekompakan tim
antarberbagai departemen, divisi atau unit dalam organisasi, sehingga mampu
menjadi perekat yang mengikat orang dalam organisasi bersama-sama.
Budaya organisasi membentuk perilaku
staf dengan mendorong percampuran core values dengan perilaku yang
diinginkan sehingga memungkinkan organisasi bekerja dengan lebih efisien dan
efektif, meningkatkan konsistensi, menyelesaikan konflik dan memfasilitasi
koordinasi dan kontrol.[3]
Budaya organisasi itu berhubungan
dengan bagaimana karyawan mempersepsikan karakteristik dari budaya organisasi,
tidak dengan apakah mereka menyukai budaya itu atau tidak. Jadi, organisasi
menyatakan suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi
tersebut. Dalam suatu organisasi yang besar memiliki suatu budaya yang dominan
dari sejumlah anak budaya.[4]
Budaya organisasi akan meningkatkan
motivasi staf dengan memberi mereka perasaan memiliki, loyalitas, kepercayaan
dan nilai-nilai, dan mendorong mereka berpikir positif tentang mereka dan
organisasi. Dengan demikian, organisasi dapat memaksimalkan kompetensi stafnya
dan memenangkan kompetisi. Dengan budaya organisasi, kita dapat memperbaiki
perilaku dan motivasi sumber daya manusia sehingga meningkatkan kinerjanya dan
pada gilirannya meningkatkan kinerja organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi.[5]
Namun, budaya organisasi harus
selalu dikembangkan sesuai dengan perkembangan lingkungan. Budaya organisasi
yang statis suatu saat akan tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi yang
bersifat dinamis sebagai respons terhadap perubahan lingkungan.[6]
B.
Perubahan
Budaya Organisasi
1.
Kapan
Dilakukan Perubahan
Budaya suatu
organisasi sudah saat dilakukan perubahan apabila terhadap dua organisasi atau
lebih yang mempunyai latar belakang berbeda bergabung dan timbul konflik
berkepanjangan di antara kelompok berbeda mulai merusak kinerja. Atau
organisasi dalam cara kerjanya telah menghalangi kesempatan untuk berubah dan
melakukan persaingan.
Perubahan
budaya organisasi juga diperlukan dalam hal perusahaan bergerak ke dalam
industri yang berbeda secara total dan cara dalam menjalankan sesuatu
menghambat ketahanan organisasi. Demikian pula jika terjadi keadaan di mana
karyawan yang telah terbiasa dengan kenyamanan peningkatan ekonomi, tidak dapat
menerima tantangan yang datang dari penurunan ekonomi.
Penelusuran
kebutuhan akan perubahan budaya organisasi harus dilakukan sejak awal karena
proses perubahan budaya perlu waktu lama untuk menghasilkan. Semakin lama
menunggu untuk melakukan proses, akan semakin sulit tugasnya.
Implikasi
penundaan budaya organisasi dapat bervariasi, di antaranya adalah: (1)
rendahnya moral staf; (2) pergantian staf tinggi; (3) meningkatnya keluhan pelanggan; (4)
kehilangan bisnis dan peluang; (5) rendahnya produktivitas; (6) lambatnya
respons terhadap perubahan; (7) rendahnya kinerja perubahan; dan (8) perilaku
dan praktik tidak sehat di tempat kerja (Tann, 2002).[7]
Untuk itu, diperlukan
langkah-langkah berikut untuk menuju perubahan organisasi.
a.
Visi yang jelas
dan arah yang strategis
Peran pertama
pemimpin dalam organisasi adalah menetapkan visi yang jelas dan arah strategis
bagi organisasi. Visi dan arah strategis memungkinkan perusahaan bersaing dan
melanjutkan kinerja jangka panjang. Hal tersebut membantu perusahaan menentukan
ke mana memfokuskan sumber daya dan ke mana yang dapat memberikan penghasilan
maksimum.
b.
Pengukuran
kinerja yang jelas
Mempunyai visi
yang jelas dan arah yang strategis pasti sangat penting, namun belum cukup.
Kebanyakan perusahaan berhenti untuk menerjemahkan visi dan rencana strategis
ke dalam hasil yang terukur dari berbagai divisi, departemen atau unit bisnis
strategis. Langkah mengembangkan budaya berorientasi prestasi dimulai dengan
mendapatkan pemimpin divisi dan departemen mendiskusikan secara terbuka hasil
yang diharapkan dengan satuan yang dapat diukur. Indikator kinerja perlu
ditetapkan untuk setiap action plan untuk mendukung rencana strategis
menyeluryh, dan hal ini harus disetujui bersama oleh pemimpin dan anak buahnya.
c.
Tindak lanjut
pencapaian tujuan
Kecenderungan
manusia adalah merasa puas dengan dirinya sendiri. Dari perspektif psikologis,
orang termotivasi oleh kesenangan, atau menghindari kepusingan. Tanpa
menindaklanjuti hasil dan memberikan tekanan pada non-kinerja, motivasi untuk
menghindari kepusingan dikurangi. Hal ini mendorong orang mengembangkan zona
nyaman. Menindaklanjuti pencapaian tujuan merupakan satu cara mengurangi
perasaan puas terhadap dirinya sendiri di tempat pekerjaan.[8]
d.
Menghargai
kinerja secara adil
Cara yang
paling pasti untuk mematikan dorongan terhadap
prestasi kerja adalah dengan memberikan reward kepada orang
secara tidak adil. Memberi penghargaan yang sama kepada setiap staf, terlepas
dari kinerja atau jasa yang telah diberikan adalah merupakan tindakan
ketidakadilan. Sekarang masih banyak pemimpin melakukannya sehingga menimbulkan
ketidaknyamanan.
e.
Lingkungan
kerja terbuka dan transparan
Lingkungan
kerja yang bersifat terbuka di mana pekerja dapat membagi informasi dan
pengetahuan dengan bebas akan memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi. 80%
masalah dalam organisasi berhubungan dengan komunikasi, atau kurangnya
komunikasi. Oleh karena itu, salah pengertian, salah persepsi atau salah
interpretasi muncul karena orang tidak mengkomunikasikan alasannya untuk
melakukan sesuatu.
f.
Menghapus
politik tidak sehat
Politik
perusahaan menghalangi pengembangan hubungan saling mempercayai di antara
manusia. Praktik tidak sehat dalam bentuk favoritisme, kronisme, desas-desus
dan kelicikan berlanjut sampai manajer atau leader mengembangkan
profesionalisme dalam mengelola sumber daya manusia.
Untuk melawan
politik internal perusahaan, organisasi harus mulai mengembangkan lingkungan
kerja yang terbuka, memperoleh ketidaksetujuan, memfokuskan pada tujuan dan
meningkatkan harmoni tim. Kritik konstruktif dipergunakan sebagai alat yang
tepat untuk memperbaiki sesuatu, bukan sebagai senjata untuk menjatuhkan orang
lain. Hal ini hanya dapat dicapai dengan menghilangkan ketakutan di tempat
pekerjaan.
g.
Tim spirit yang
kuat
Dalam
mengembangkan budaya kerja produktif, tidak ada pengganti yang lebih baik
daripada menanamkan tim spirit yang kuat pada manusia. Untuk melakukan hal itu,
orang harus berkomitmen terhadap kepercayaan bersama. Cara terbaik untuk menumbuhkan
kepercayaan bersama adalah dengan menetapkan core values yang dapat
diterima dan dihargai secara universal karena dapat memenuhi kepentingan
organisasi maupun individu.[9]
C.
Menguasai
Perubahan Budaya Organisasi
Banyak organisasi yang melewati jalan
yang salah dalam mencari perubahan budaya organisasi. Hal ini dapat menyebabkan
inisiatif untuk melakukan perubahan budaya organisasi gagal atau tidak dapat
dilanjutkan. Tidak mengherankan apabila banyak pemimpin terhadap kemungkinan
melakukan perubahan organisasi.
Budaya organisasi dapat dibuat dan
diubah. Banyak aspek dan pelajaran dapat diperoleh dari usaha perubahan budaya
organisasi, di antaranya sebagai berikut:
1.
Perubahan
budaya organisasi yang efektif harus dimulai dengan perubahan pola pikir.
2.
Organisasi yang
sukses mempunyai budaya organisasi yang sejalan dengan visi, misi, strategi,
tujuan, dan lingkungan.
3.
Untuk mencapai
kredibilitas dan memperoleh komitmen orang, kebijakan, prosedur, dan praktik
harus konsisten dan budaya baru.
4.
Untuk
mendapatkan kembali budaya organisasi yang baik, diperlukan rasionalitas yang
kuat.
5.
Untuk
memastikan terjadinya asimilasi budaya di seluruh organisasi, program perubahan
budaya harus memanfaatkan berbagai mekanisme transmisi budaya.
6.
Untuk mencapai
perubahan budaya yang mendalam dan berkelanjutan, diperlukan pendekatan
partisipatif.
7.
Komitmen dari
pimpinan puncak adalah sangat penting untuk keberhasilan perubahan budaya.
8.
Untuk
mempercepat perubahan budaya, perlu melibatkan opinion leader.
9.
Perlu
diciptakan mimpi yang kuat dari budaya baru.
10. Kenali dan perkuat keberhasilan perubahan lebih dini dan sering.[10]
Hal
terpenting yang harus diingat dalam melaksanakan perubahan budaya organisasi
adalah:
1.
Dimensi
struktural (budaya yang akan dirubah); Tujuannya bukan hanya sekedar mengetahui
budaya yang ada tetapi juga agar pelaku perubahan bisa belajar tentang pola
pikir organisasi dan orang-orang yang terlibat di dalamnya.
2.
Dimensi
ruang dan waktu (asal muasal terbentuknya budaya dan perjalanannya sepanjang
waktu); Tujuannya agar dalam perubahan budaya tidak terjadi kesalahan yang sama
di masa datang.
3.
Dimensi
proses perubahan (posisi budaya dalam siklus kehidupan budaya)
4.
Dimensi
kontekstual (situasi lingkungan di mana budaya berada)
5.
Dimensi
subyektif (tujuan dan keterlibatan orang per orang dalam perubahan)
6.
Daya
tahan yaitu kemampuan untuk menciptakan perubahan yang hasilnya bisa tahan
lama.[11]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pemaparan dari makalah di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan, yaitu:
1.
Budaya
organisasi adalah cara orang melakukan sesuatu di dalam organisasi. Budaya
organisasi merupakan satuan norma yang terdiri dari keyakinan, sikap, cores
values, dan pola perilaku yang dilakukan orang dalam organisasi.
2.
Budaya suatu
organisasi sudah saat dilakukan perubahan apabila terhadap dua organisasi atau
lebih yang mempunyai latar belakang berbeda bergabung dan timbul konflik
berkepanjangan di antara kelompok berbeda mulai merusak kinerja. Atau
organisasi dalam cara kerjanya telah menghalangi kesempatan untuk berubah dan
melakukan persaingan.
3.
Banyak
organisasi yang melewati jalan yang salah dalam mencari perubahan budaya
organisasi. Hal ini dapat menyebabkan inisiatif untuk melakukan perubahan
budaya organisasi gagal atau tidak dapat dilanjutkan. Tidak mengherankan apabila
banyak pemimpin terhadap kemungkinan melakukan perubahan organisasi.
B.
Saran
Setelah
membaca makalah ini, penulis menyarankan agar mencari referensi lain yang
berhubungan dengan perubahan budaya organisasi, karena penulis menyadari bahwa
dalam makalah ini masih terdapat berbagai kekurangan karena disebabkan
kurangnya referensi yang digunakan.
DAFTAR
RUJUKAN
Rivai,
Veithzal. Kepemimpinan dan Perilaku Organisas, Ed. I. Cet. I; Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2003
Sulistyorini.
Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi. Cet. IX; Yogyakarta: Teras, 2009
Syahputri, Oktaria. Makalah Perubahan Budaya Organisasi.
Diakses dalam http://makalahperubahanbudaya.blogspot.co.id/2014/11/perubahan-budaya-organisasi.html
pada tanggal 15 Oktober 2016
Wibowo.
Manajemen Perubahan, Ed. III. Cet. V; Jakarta: Rajawali Pers, 2016