KATA PENGANTAR
بِسْمِ
اللهِ الّرحْمنِ الّرحِيْمِ
اَلسَلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ
Alhamdulillahi
Rabbil Alamin, puji syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ini. Dan tak lupa pula kita kirimkan shalawat serta salam kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, karena atas jasa-jasa
beliaulah sehingga kita dapat membedakan yang mana yang haqk dan mana yang bathil.
Terima kasih
kepada Bapak/Ibu dosen yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini,
dan juga kepada teman-teman yang berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini
karena dengan berkat kerjasamanya sehingga makalah ini
dapat terselesaikan sesuai apa yang diharapkan.
Manusia pasti memiliki kekurangan seperti halnya
dalam pembuatan tugas ini pun kami banyak sekali kekurangan. Untuk itu, kami
selalu mengharap kritik dan saran dari pembaca guna kemajuan bersama.
Akhir kata dari penulis mengucapkan banyak terima kasih.
وَلسَلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Umum dan Pendidikan Islam................................. 3
B. Masalah yang di Hadapi Pendidikan Islam dalam Pendidikan Umum....... 5
C. Upaya Peningkatan Pendidikan Islam di Pendidikan Umum..................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi
muslim itu adalah pengamalan sepenuhnya ajaran Allah dan Rasul – Nya, tetapi
pendidikan muslim tidak akan tercapai atau terbina kecuali dengan pengajaran
dan pendidikan. Membina pribadi muslima adalah wajib, karena pribadi muslim
tidak mungkin terwujud kecuali dengan pendidikan. Maka pendidikan itu pun
menjadi wajib dalam pandangan Islam.
Manusia adalah makhluk paedagogik, maka kewajiban menyelenggarakan
pendidikan adalah kewajiban syar’I, yang berarti bahwa perintah bertakwa adalah
sekaligus perintah menyelenggarakan pendidikan yang menuju kepada pembinaan.
Pendidikan umum muncul sebagai reaksi terhadap kecenderungan masyarakat modern
yang mendewakan produk teknologi dan cenderung mengabaikan nilai-nilai
kemanusiaan sebagai akibat dari produk sistem pendidikan modern yang sekular,
yaitu pendidikan yang mementingkan pengembangan spesialisasi, sementara
pengembangan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal nyaris terabaikan.
Salah satu masalah
besar yang harus ditangani oleh pendidikan adalah hubungan antara pembelajaran
umum (general studies) dan keagamaan yang meliputi lingkungan umum.
Jika dalam lingkungan
pesantren, itu merupakan hal sudah biasa. Akan tetapi dalam lingkungan umum,
itu merupakan hal yang luar biasa sulitnya. Karena pengaruh dari teknologi
modern juga peradaban dari luar negeri yang masuk ke dalam negeri tanpa adanya
penyaringan.
Oleh sebab itu, perlu
adanya pembelajaran pengetahuan umum dan pengetahuan agama yang saling
berdampingan secara seimbang. Nah, disini nanti InsyaAlloh akan kami uraikan
sedikit tentang pendidikan umum dan pendidikan Islam, juga perbedaan dan
bagaimana caranya menyandingkan keduanya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian pendidikan islam dan pendidikan umum?
2.
Apa masalah yang di hadapi pendidikan islam di pendidikan umum?
3.
Apa upaya-upaya peningkatan pendidikan islam di pendidikan umum?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian pendidikan islam dan pendidikan umum
2.
Untuk mengetahui masalah yang di hadapi pendidikan islam di
pendidikan umum
3.
Untuk mengetahui upaya-upaya peningkatan pendidikan islam di
pendidikan umum
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendidikan Umum dan Pendidikan Islam
Pendidikan umum
merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan
pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Menurut sumber lain, Pendidikan Umum (Barat) adalah
pendidikan yang berdasarkan rasionalisme, yaitu pendidikan yang teori-teorinya
disusun berdasarkan ajaran rasionalisme. Rasionalisme adalah paham dalam
filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran diperoleh dan diukur dengan akal.
Jadi, Pendidikan Umum (Barat) yaitu pendidikan yang teoei-teorinya ditutup
berdasarkan akal pikiran manusia, karena itu pendidikan Pendidikan Umum (Barat)
bisa disebut juga dengan “Pendidikan Rasionalis”. Dalam pemakaian sehari-hari
kata Pendidikan Rasionalis disederhakan menjadi “Pendidikan” saja.
Pengertian Pendidikan islam sebagai suatu proses penyiapan generasi
muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan, dan nilai-nilai islam yang
diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya
di akhirat.
Dari berbagai literatur terdapat berbagai macam pengertian
pendidikan islam. Menurut Athiyah Al-Abrasy , pendidikan islam adalah
mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah
air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, pola pikirnya teratur dengan
rapi, perasaannya halus, profesional dalam bekerja dan manis tutur sapanya.
Sedang Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa pendidikan
islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum islam menuju
kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam. Sedangkan
menurut Syed Muhamma Naquib Al-Attas, pendidikan adalah suatu proses penamaan
sesuatu kedalam diri manusia mengacu kepada metode dan sistem penamaan secara
bertahap, dan kepada manusia penerima proses dan kandungan teresebut.
Dari definisi dan pengertian itu ada tiga unsur yang membentuk
pendidikan yaitu adanya proses, kandungan, dan penerima. Jadi definisi
pendidikan islam adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempat-tempat yang tepat dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbimg ke arah pengenalan dan
pengakuan tempat tuhan yang tepat didalam tatanan wujud dan kepribadian. Jadi
pendidikan ini hanyalah untuk manusia saja.
Kembali ke definisi pendidikan islam yang menurut Al-Attas
diperuntukkan untuk manusia saja. Menurutnya pendidikan islam dimasukkan dalam
at-ta’dib, karena istilah ini paling tepat digunakan untuk menggambarkan
pengertian pendidikan itu, sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena
pendidikan dalam istilah ini mencakup juga pendidikan ke[ada hewan. Menurut
Al-Attas adabun berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa
pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hirarkis sesuai dengan beberapa
tingkat dan tingkatan derajat mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat
dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kepastian dan potensi
jasmaniah, intelektual, maupun rohaniah seseorang.
Dari pengertian Al-Attas tersebut dibutuhkan pemahaman yang
mendalam, arti dari pengertian itu adalah, “pengenalan” adalah menemukan tempat
yang tepat sehubungan dengan apa yang dikenali, sedangkan “pengakuan” merupakan
tindakan yang bertalian dengan pengenalan tadi.
B.
Masalah yang di Hadapi Pendidikan Islam di Pendidikan Umum
Problematika
pendidikan adalah persoalan-persoalan atau pemasalahan-permasalahan yang
dihadapi oleh dunia pendidikan. Persoalan-persoalan pendidikan tersebut menurut
“Burlian Somad” dalam S. Wojowasito W.J.S. Poerwadarminta secara garis besar
meliputi hal sebagai berikut: adanya ketidak jelasan tujuan pendidikan, ketidak
serasian kurikulum, ketiadaan tenaga pendidik yang tepat dan cakap, adanya
pengukuran yang salah ukur serta terjadi kekaburan terhadap landasan
tingkat-tingkat pendidikan.
Terkait dengan
ketertinggalan pendidikan islam ini, menurut muhaimin dikarenakan oleh
terjadinya penyempitan terhadap pemahaman pendidikan islam yang hanya berkisar
pad aspek kehidupan ukhrawi yang terpisah dengan kehidupan duniawi, atau aspek
kehidupan jasmani.
Jika melihat
pendapat muhaimin ini, maka akan tampak adanya pembedaan dan pemisahan antara
yang dianggap agama dan bukan agama, yang sakral dengan yang profan antara
dunia dan akhirat. Cara pandang yang memisahkan antara yang satu dengan yang
lain ini disebut sebagai cara pandang dikotomik. Adanya simtom dikotomik inilah
yang menurut abdurrahman Mas’ud sebagai penyebab ketertinggalan Pendidikan
Islam. Hingga kini pendidikan islam masih memisahkan antara akal dan wahyu,
serta fakir dan zikir. Hal ini menyebabkan adanya ketidakseimbangan
paradigmatik, yaitu kurang berkembangnya konsep humanisme religius dalam dunia
pendidikan islam, karena pendidikan islam lebih berorientasi pada konsep
abdullah (manusia sebagai hamba), ketimbang sebagai konsep khalifatullah
(manusia sebagai khalifah Allah).
Selain itu
orientasi pendidikan islam yang timpang tindih melahirkan masalah-masalah besar
dalam dunia pendidikan, dari persoalan filosofis, hingga persoalan metodologis.
Disamping itu, pendidikan islam menghadapi masalah serius berkaitan dengan
perubahan masyarakat yang terus menerus semakin cepat, lebih-lebih perkembangan
ilmu pengetahuan yang hampir-hampir tidak memperdulikan lagi sistem suatu
agama.
Kondisi
sekarang ini, pendidikan islam berada pada posisi determinisme historik dan
realisme. Dalam artian bahwa, satu sisi umat islam berada pada romantisme
historis dimana mereka bangga karena pernah memiliki para pemikir-pemikir dan
ilmuwan-ilmuwan besar dan mempunyai kontribusi yang besar pula bagi pembangunan
peradaban dan ilmu pengetahuan dunia serta menjadi transmisi bagi khasanah Yunani,
namun di sisi lain mereka menghadapi sebuah kenyataan, bahwa pendidikan islam
tidak berdaya dihadapkan kepada realitas masyarakat industri dan teknologi
modern.
Hal ini pun
didukung dengan pandangan sebagian umat islam yang kurang meminati ilmu-ilmu umum
dan bahkan sampai pada tingkat “diharamkan”. Hal ini berdampak pada
pembelajaran dalam sistem pendidikan islam yang masih berkutat apa yang oleh
Muhammad Abed al-Jabiri, pemikir asal Maroko, sebagai epistemologi bayani, atau
dalam bahasa Amin Abdullah disebut dengan hadharah an-nashsh (budaya agama yang
semata-mata mengacu pada teks), di mana pendidikan hanya bergelut dengan
setumpuk teks-teks keagamaan yang sebagian besar berbicara tentang permasalahan
fikih semata.
Terjadinya
pemilahan-pemilahan antar ilmu umum dan ilmu agama inilah yang membawa umat
islam kepada keterbelakangan dan kemunduran peradaban, lantaran karena
ilmu-ilmu umum dianggap sesuatu yang berada diluar islam dan berasal dari
non-islam atau the other, bahkan seringkali ditentangkan antara agama dan ilmu
(dalam hal ini sain). Agama dianggap tidak ada kaitannya dengan ilmu, begitu
juga ilmu dianggap tidak memperdulikan agama. Begitulah gambaran praktik
kependidikan dan aktivitas keilmuan di tanah air sekarang ini dengan berbagai
dampak negatif yang ditimbulkan dan dirasakan oleh masyarakat.
Sistem
pendidikan islam yang ada hanya mengajarkan ilmu agama-agama saja. Di sisi
lain, generasi muslim yang menempuh pendidikan di luar sistem pendidikan islam
hanya mendapatkan porsi kecil dalam hal pendidikan islam atau bahkan sama
sekali tidak mendapatkan ilmu-ilmu keislaman.
Dari berbagai
persoalan pendidikan islam di tuliskan problematika pendidikan islam:
1.
Masih adanya problem konseptual-teoritis atau filosofis yang
kemudian berdampak pada persoalan operasional praktis.
2.
Persoalan konseptual-teoritis ini ditandai dengan paradigma
dikotomi dalam dunia pendidika islam antara agama dan bukan agama, wahyu dan
akal serta dunia dan akhirat.
3.
Kurangnya respon pendidikan Islam terhadap realitas sosial sehingga
peserta didik jauh dari lingkungan sosio-kultural mereka. Pada saat mereka
lulus dari lembaga Pendidikan Islam mereka akan mengalami social-shock.
4.
Penanganan terhadap masalah ini hanya sepotong-potong, tidak
integral dan komprehenif.
Solusi problematika pendidikan islam:
Solusi problematika
pendidikan islam saat ini mencermati kenyataan tersebut, maka mau tidak mau
persoalan konsep dualisme-dikotomik pendidikan harus segera ditumbangkan dan
dituntaskan, baik pada tingkatan filosofis
paradigmatik maupun teknis departementel. Pemikiran filosofis menjadi
sangat penting, karena pemikiran ini nanti akan memberikan suatu pandangan
dunia yang menjadi landasan idiologis dan moral bagi pendidikan.
Pemisahan antar ilmu dan
agama hendaknya segera dihentikan dan menjadi sebuah upaya penyatuan keduanya
dalam satu sistem pendidikan integralistik. Namun persoalan integrasi ilmu dan
agama dalam satu sistem pendidikan ini bukanlah suatu persoalan yang mudah,
melainkan harus atas dasar pemikiran filosofis yang kuat, sehingga tidak
terkesan hanya sekedar tamabal sulam. Langkah awal yang harus dilakukan dalam
mengadakan perubahan pendidikan adalah merumuskan “kerangka dasar filosofis
pendidikan” yang sesuai dengan ajaran islam, kemudian mengembangkan secara
“empiris prinsip-prinsip” yang mendasari terlaksananya dalam konteks lingkungan
(sosio dan kultural) Filsafat dan Integralisme (hikmah wahdatiyah) adalah
bagian dari filsafat islam yang menjadi alternatif dari pandangan holistik yang
berkembang pada era postmodern di kalangan masayarakat barat.
Inti dari pandangan
hikmah wahdatiyah ini adalah bahwa yang mutlak dan nisbi merupakan satu
kesatuan yang berkenjang, bukan sesuatu yang terputus sebagaimana pandangan
ortodoksi Islam. Pandangan Armahedi Mahzar, pencetus filsafat integralisme ini,
tentang ilmu juga atas dasar asumsi di atas, sehingga ia tidak membedakan
antara imu agama dan ilmu umum, ilmu Tuhan dan ilmu skular, ilmu dunia dan ilmu
akhirat. Dari pandangan dia tentang kesatuan tersebut juga akan berimplikasi pula
pada pemikiran Armahedi pada permasalahan yang lain, termasuk juga pendidikan
islam
Bagi Armahedi,
pendidikan islam haruslah menjadi satu kesatuan yang utuh dan integral.
Baginya, manusia-manusia saat ini merupakan produk dari pemikiran Barat Modern
yang mengalami suatu kepincangan, karena merupakan suatu perkembangan yang
parsial.
C.
Upaya Peningkatan Pendidikan Islam di Pendidikan Umum
Upaya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan islam:
1.
Profesionalisme : setiap lembaga pendidikan islam tidak boleh lagi
dikelola sekadarnya. Karena itu, semuanya harus berbenah secara serius menuju
area profesionalisme. Tidak ada lagi orang yang hanya bermodal “hebat dan
berniat baik” latah dan asal-asalan mendirikan lembaga pendidikan Islam.
Segalanya mesti dipikirkan dan dikelola secara profesional. Pendidikan islam
sangat butuh orang-orang yang dapat menahan diri untuk tidak membawa masalah
luar ke dalam organisasi. Jangan ada lagi orang yang hanya menjadikan lembaga
sebagai kendaraan ambisi pribadinya, mendapatkan kedudukan, kekayaan atau
mendongkrak prestise. Tentu saja, semua tenaga profesional itu diberi imablan
yang sesuai. Tidak ada lagi ada yang hanya “digaji” sekadar untuk ongkos jalan.
2.
Kemandirian : ketergantungan yang besar terhadap pihak tertentu,
terutama masalah finansial, membuat pendidikan Islam sulit berkembang. Apalagi
jika harapan satu-satunya sumber finansial itu adalah siswa atau orang tua.
Pengelola harus lebih lebih kreatif dan gigih menyongsong kemandirian
finansial. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menggali lebih serius potensi
internal lembaga atau membangun kerjasama dengan berbagai pihak. Saat ini,
sangat banyak lembaga pendidikan lain yang eksis “hanya” karena bisa
bekerjasama dengan orang atau lembaga donor, nasional dan internasional, tanpa
mengorbankan jatidiri mereka.
3.
Menggairahkan studi keislaman : tidak dapat dipungkiri bahwa sepinya peminat
pendidikan Islam karena adanya anggapan, yang banyak benarnya, bahwa pendidikan
islam hanya berorientasi akhirat. Mereka memburu pendidikan umum karena butuh
ilmu untuk sukses dalam kehidupan di dunia, atau dunia akhirat. Para pelajar
dan orangtua lebih berminat memasuki program studi umum karena dianggap lebih
menjamin masa depan. Trend ini harus dihadapi dengan menggairahkan studi islam.
Materi pembelajaran tidak boleh lagi dibiarkan terus menerus menjauh dari
realitas dunia, tapi harus ada upaya “pembumian” orang yang mendalami ilmu-ilmu
islam tidak boleh lagi merasa di awang-awang, tapi menginjak bumi karena hasil
studinya akan dapat dinikmati dalam dunia dan akhirat.
Selain hal tersebut diatas, upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan islam adalah:
a.
Optimalisasi SDM
Dibidang
pendidikan dan pengajaran, upaya optimalisasi sumber daya manusia (SDM) yang
dimaksud tentu terarah pada sosok pribadi masing-masing guru. Dalam menjalankan
tugasnya sebagai pengajar, setiap guru diharapkan mempunyai komitmen untuk
peningkatan profesionalitas pengajaran. Hal ini bisa direalisasikan jika para
guru berkomitmen juga sebagai juru da’i. Pertama, dapat mensucikan
niat(motivasi) dan cita-cita. Kedua, kemuliaan islam dan umat islam.
b.
Perkembangan Tiga kompetensi Utama
Upaya
untuk mengoptimalkan profesionalitas pengajaran dalam lembaga pendidikan islam,
kapabilitas guru juga harus mencakup minimal tiga kompetensi guru dasar.
Pertama, semua guru adalah guru agama. Kedua, semua guru adalah guru bidang
studi. Ketiga, semua guru adalah guru bk.
Dapat disimpulkan
bahwa sebenarnya tidak sulit menciptakan pendidikan Islam yang berkualitas
sepanjang semua unsur tekait mau. Niat ikhlas, mencakup lurus beribadah pada
Allah dan profesional, serta kerja yang benar-benar serius merupakan gerbang ke
sana. Sebagai cermin, Islam zaman keemasan Islam pernah memiliki
universitas-universitas besar dan sangat modern untuk masanya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada
hakikatnya, pendidikan islam jika dilihat dari latar belakang pendiriannya
adalah pendidikan yang lebih didasarkan atas niat dan motivasi masyarakat dalam
rangka menerapkan nilai-nilai islam. Hal tersebut dapat diketahui dari
pelaksanaannya selama ini, yakni lebih ditekankan pada upaya membangun
pengetahuan peserta didiknya dalam hal keagamaan dibandingkan dengan
pengetahuan umum lainnya, praktik pendidikan yang demikian, memang belakangan
ini mendapat kritikan tajam dari berbagai pihak.
Problematika pendidikan adalah persoalan-persoalan atau
pemasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan. Sistem pendidikan
islam yang ada hanya mengajarkan ilmu agama-agama saja. Di sisi lain, generasi
muslim yang menempuh pendidikan di luar sistem pendidikan islam hanya
mendapatkan porsi kecil dalam hal pendidikan islam atau bahkan sama sekali
tidak mendapatkan ilmu-ilmu keislaman.
Sampai saat ini, perbaikan dan pengembangan program serta
peningkatan kualitas yang sangat urgen dilakukan oleh lembaga pendidikan islam.
Akan tetapi jika pembelajarn Pendidikan Islam masih menggunakan pembelajaran
konvensional, apakah mungkin dapat meningkatkan kualitas Pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum) Jakarta: Bumi
Aksara, 2006.
file:kapita%20selekta/all%20education%20%20Pendidkan%20agama%20dan%20pendidikan%20umum.html
file:/kapita%20selekta/suaramu%20mengalihkan%20duniaku%20%20Makalah%20Lembaga%20Pendidikan%20Umum%20dan%20Pemdidikan%20Islam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar