Minggu, 31 Januari 2016

Pendidikan Islam di Lembaga Pendidikan Umum

KATA PENGANTAR
بِسْمِ اللهِ الّرحْمنِ الّرحِيْمِ
اَلسَلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur  kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Dan tak lupa pula kita kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, karena atas jasa-jasa beliaulah sehingga kita dapat membedakan yang mana yang haqk dan mana yang bathil.
            Terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini, dan juga kepada teman-teman yang berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini karena dengan berkat kerjasamanya sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai apa yang diharapkan.
Manusia pasti memiliki kekurangan seperti halnya dalam pembuatan tugas ini pun kami banyak sekali kekurangan. Untuk itu, kami selalu mengharap kritik dan saran dari pembaca guna kemajuan bersama.
Akhir kata dari penulis mengucapkan banyak terima kasih.

وَلسَلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ

Watampone, Desember  2015

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................   i
DAFTAR ISI...........................................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.............................................................................................   1
B.     Rumusan Masalah........................................................................................   2
C.     Tujuan Masalah............................................................................................   2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendidikan Umum dan Pendidikan Islam.................................   3
B.     Masalah yang di Hadapi Pendidikan Islam dalam Pendidikan Umum.......   5
C.     Upaya Peningkatan Pendidikan Islam di Pendidikan Umum.....................   10
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan..................................................................................................   13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................   14
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah pengamalan sepenuhnya ajaran Allah dan Rasul – Nya, tetapi pendidikan muslim tidak akan tercapai atau terbina kecuali dengan pengajaran dan pendidikan. Membina pribadi muslima adalah wajib, karena pribadi muslim tidak mungkin terwujud kecuali dengan pendidikan. Maka pendidikan itu pun menjadi wajib dalam pandangan Islam.
Manusia adalah makhluk paedagogik, maka kewajiban menyelenggarakan pendidikan adalah kewajiban syar’I, yang berarti bahwa perintah bertakwa adalah sekaligus perintah menyelenggarakan pendidikan yang menuju kepada pembinaan. Pendidikan umum muncul sebagai reaksi terhadap kecenderungan masyarakat modern yang mendewakan produk teknologi dan cenderung mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan sebagai akibat dari produk sistem pendidikan modern yang sekular, yaitu pendidikan yang mementingkan pengembangan spesialisasi, sementara pengembangan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal nyaris terabaikan.
Salah satu masalah besar yang harus ditangani oleh pendidikan adalah hubungan antara pembelajaran umum (general studies) dan keagamaan yang meliputi lingkungan umum.
Jika dalam lingkungan pesantren, itu merupakan hal sudah biasa. Akan tetapi dalam lingkungan umum, itu merupakan hal yang luar biasa sulitnya. Karena pengaruh dari teknologi modern juga peradaban dari luar negeri yang masuk ke dalam negeri tanpa adanya penyaringan.
Oleh sebab itu, perlu adanya pembelajaran pengetahuan umum dan pengetahuan agama yang saling berdampingan secara seimbang. Nah, disini nanti InsyaAlloh akan kami uraikan sedikit tentang pendidikan umum dan pendidikan Islam, juga perbedaan dan bagaimana caranya menyandingkan keduanya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pendidikan islam dan pendidikan umum?
2.      Apa masalah yang di hadapi pendidikan islam di pendidikan umum?
3.      Apa upaya-upaya peningkatan pendidikan islam di pendidikan umum?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian pendidikan islam dan pendidikan umum
2.      Untuk mengetahui masalah yang di hadapi pendidikan islam di pendidikan umum
3.      Untuk mengetahui upaya-upaya peningkatan pendidikan islam di pendidikan umum



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendidikan Umum dan Pendidikan Islam
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar  dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Menurut sumber lain, Pendidikan Umum (Barat) adalah pendidikan yang berdasarkan rasionalisme, yaitu pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan ajaran rasionalisme. Rasionalisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran diperoleh dan diukur dengan akal. Jadi, Pendidikan Umum (Barat) yaitu pendidikan yang teoei-teorinya ditutup berdasarkan akal pikiran manusia, karena itu pendidikan Pendidikan Umum (Barat) bisa disebut juga dengan “Pendidikan Rasionalis”. Dalam pemakaian sehari-hari kata Pendidikan Rasionalis disederhakan menjadi “Pendidikan” saja.
Pengertian Pendidikan islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan, dan nilai-nilai islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Dari berbagai literatur terdapat berbagai macam pengertian pendidikan islam. Menurut Athiyah Al-Abrasy , pendidikan islam adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, pola pikirnya teratur dengan rapi, perasaannya halus, profesional dalam bekerja dan manis tutur sapanya.
Sedang Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa pendidikan islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam. Sedangkan menurut Syed Muhamma Naquib Al-Attas, pendidikan adalah suatu proses penamaan sesuatu kedalam diri manusia mengacu kepada metode dan sistem penamaan secara bertahap, dan kepada manusia penerima proses dan kandungan teresebut.
Dari definisi dan pengertian itu ada tiga unsur yang membentuk pendidikan yaitu adanya proses, kandungan, dan penerima. Jadi definisi pendidikan islam adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbimg ke arah pengenalan dan pengakuan tempat tuhan yang tepat didalam tatanan wujud dan kepribadian. Jadi pendidikan ini hanyalah untuk manusia saja.
Kembali ke definisi pendidikan islam yang menurut Al-Attas diperuntukkan untuk manusia saja. Menurutnya pendidikan islam dimasukkan dalam at-ta’dib, karena istilah ini paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan itu, sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mencakup juga pendidikan ke[ada hewan. Menurut Al-Attas adabun berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hirarkis sesuai dengan beberapa tingkat dan tingkatan derajat mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kepastian dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun rohaniah seseorang.
Dari pengertian Al-Attas tersebut dibutuhkan pemahaman yang mendalam, arti dari pengertian itu adalah, “pengenalan” adalah menemukan tempat yang tepat sehubungan dengan apa yang dikenali, sedangkan “pengakuan” merupakan tindakan yang bertalian dengan pengenalan tadi.
B.     Masalah yang di Hadapi Pendidikan Islam di Pendidikan Umum
Problematika pendidikan adalah persoalan-persoalan atau pemasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan. Persoalan-persoalan pendidikan tersebut menurut “Burlian Somad” dalam S. Wojowasito W.J.S. Poerwadarminta secara garis besar meliputi hal sebagai berikut: adanya ketidak jelasan tujuan pendidikan, ketidak serasian kurikulum, ketiadaan tenaga pendidik yang tepat dan cakap, adanya pengukuran yang salah ukur serta terjadi kekaburan terhadap landasan tingkat-tingkat pendidikan.
Terkait dengan ketertinggalan pendidikan islam ini, menurut muhaimin dikarenakan oleh terjadinya penyempitan terhadap pemahaman pendidikan islam yang hanya berkisar pad aspek kehidupan ukhrawi yang terpisah dengan kehidupan duniawi, atau aspek kehidupan jasmani.
Jika melihat pendapat muhaimin ini, maka akan tampak adanya pembedaan dan pemisahan antara yang dianggap agama dan bukan agama, yang sakral dengan yang profan antara dunia dan akhirat. Cara pandang yang memisahkan antara yang satu dengan yang lain ini disebut sebagai cara pandang dikotomik. Adanya simtom dikotomik inilah yang menurut abdurrahman Mas’ud sebagai penyebab ketertinggalan Pendidikan Islam. Hingga kini pendidikan islam masih memisahkan antara akal dan wahyu, serta fakir dan zikir. Hal ini menyebabkan adanya ketidakseimbangan paradigmatik, yaitu kurang berkembangnya konsep humanisme religius dalam dunia pendidikan islam, karena pendidikan islam lebih berorientasi pada konsep abdullah (manusia sebagai hamba), ketimbang sebagai konsep khalifatullah (manusia sebagai khalifah Allah).
Selain itu orientasi pendidikan islam yang timpang tindih melahirkan masalah-masalah besar dalam dunia pendidikan, dari persoalan filosofis, hingga persoalan metodologis. Disamping itu, pendidikan islam menghadapi masalah serius berkaitan dengan perubahan masyarakat yang terus menerus semakin cepat, lebih-lebih perkembangan ilmu pengetahuan yang hampir-hampir tidak memperdulikan lagi sistem suatu agama.
Kondisi sekarang ini, pendidikan islam berada pada posisi determinisme historik dan realisme. Dalam artian bahwa, satu sisi umat islam berada pada romantisme historis dimana mereka bangga karena pernah memiliki para pemikir-pemikir dan ilmuwan-ilmuwan besar dan mempunyai kontribusi yang besar pula bagi pembangunan peradaban dan ilmu pengetahuan dunia serta menjadi transmisi bagi khasanah Yunani, namun di sisi lain mereka menghadapi sebuah kenyataan, bahwa pendidikan islam tidak berdaya dihadapkan kepada realitas masyarakat industri dan teknologi modern.
Hal ini pun didukung dengan pandangan sebagian umat islam yang kurang meminati ilmu-ilmu umum dan bahkan sampai pada tingkat “diharamkan”. Hal ini berdampak pada pembelajaran dalam sistem pendidikan islam yang masih berkutat apa yang oleh Muhammad Abed al-Jabiri, pemikir asal Maroko, sebagai epistemologi bayani, atau dalam bahasa Amin Abdullah disebut dengan hadharah an-nashsh (budaya agama yang semata-mata mengacu pada teks), di mana pendidikan hanya bergelut dengan setumpuk teks-teks keagamaan yang sebagian besar berbicara tentang permasalahan fikih semata.
Terjadinya pemilahan-pemilahan antar ilmu umum dan ilmu agama inilah yang membawa umat islam kepada keterbelakangan dan kemunduran peradaban, lantaran karena ilmu-ilmu umum dianggap sesuatu yang berada diluar islam dan berasal dari non-islam atau the other, bahkan seringkali ditentangkan antara agama dan ilmu (dalam hal ini sain). Agama dianggap tidak ada kaitannya dengan ilmu, begitu juga ilmu dianggap tidak memperdulikan agama. Begitulah gambaran praktik kependidikan dan aktivitas keilmuan di tanah air sekarang ini dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan dan dirasakan oleh masyarakat.
Sistem pendidikan islam yang ada hanya mengajarkan ilmu agama-agama saja. Di sisi lain, generasi muslim yang menempuh pendidikan di luar sistem pendidikan islam hanya mendapatkan porsi kecil dalam hal pendidikan islam atau bahkan sama sekali tidak mendapatkan ilmu-ilmu keislaman.
Dari berbagai persoalan pendidikan islam di tuliskan problematika pendidikan islam:
1.      Masih adanya problem konseptual-teoritis atau filosofis yang kemudian berdampak pada persoalan operasional praktis.
2.      Persoalan konseptual-teoritis ini ditandai dengan paradigma dikotomi dalam dunia pendidika islam antara agama dan bukan agama, wahyu dan akal serta dunia dan akhirat.
3.      Kurangnya respon pendidikan Islam terhadap realitas sosial sehingga peserta didik jauh dari lingkungan sosio-kultural mereka. Pada saat mereka lulus dari lembaga Pendidikan Islam mereka akan mengalami social-shock.
4.      Penanganan terhadap masalah ini hanya sepotong-potong, tidak integral dan komprehenif.
Solusi problematika pendidikan islam:
      Solusi problematika pendidikan islam saat ini mencermati kenyataan tersebut, maka mau tidak mau persoalan konsep dualisme-dikotomik pendidikan harus segera ditumbangkan dan dituntaskan, baik pada tingkatan filosofis  paradigmatik maupun teknis departementel. Pemikiran filosofis menjadi sangat penting, karena pemikiran ini nanti akan memberikan suatu pandangan dunia yang menjadi landasan idiologis dan moral bagi pendidikan.
      Pemisahan antar ilmu dan agama hendaknya segera dihentikan dan menjadi sebuah upaya penyatuan keduanya dalam satu sistem pendidikan integralistik. Namun persoalan integrasi ilmu dan agama dalam satu sistem pendidikan ini bukanlah suatu persoalan yang mudah, melainkan harus atas dasar pemikiran filosofis yang kuat, sehingga tidak terkesan hanya sekedar tamabal sulam. Langkah awal yang harus dilakukan dalam mengadakan perubahan pendidikan adalah merumuskan “kerangka dasar filosofis pendidikan” yang sesuai dengan ajaran islam, kemudian mengembangkan secara “empiris prinsip-prinsip” yang mendasari terlaksananya dalam konteks lingkungan (sosio dan kultural) Filsafat dan Integralisme (hikmah wahdatiyah) adalah bagian dari filsafat islam yang menjadi alternatif dari pandangan holistik yang berkembang pada era postmodern di kalangan masayarakat barat.
      Inti dari pandangan hikmah wahdatiyah ini adalah bahwa yang mutlak dan nisbi merupakan satu kesatuan yang berkenjang, bukan sesuatu yang terputus sebagaimana pandangan ortodoksi Islam. Pandangan Armahedi Mahzar, pencetus filsafat integralisme ini, tentang ilmu juga atas dasar asumsi di atas, sehingga ia tidak membedakan antara imu agama dan ilmu umum, ilmu Tuhan dan ilmu skular, ilmu dunia dan ilmu akhirat. Dari pandangan dia tentang kesatuan tersebut juga akan berimplikasi pula pada pemikiran Armahedi pada permasalahan yang lain, termasuk juga pendidikan islam
      Bagi Armahedi, pendidikan islam haruslah menjadi satu kesatuan yang utuh dan integral. Baginya, manusia-manusia saat ini merupakan produk dari pemikiran Barat Modern yang mengalami suatu kepincangan, karena merupakan suatu perkembangan yang parsial.
C.     Upaya Peningkatan Pendidikan Islam di Pendidikan Umum
Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan islam:
1.      Profesionalisme : setiap lembaga pendidikan islam tidak boleh lagi dikelola sekadarnya. Karena itu, semuanya harus berbenah secara serius menuju area profesionalisme. Tidak ada lagi orang yang hanya bermodal “hebat dan berniat baik” latah dan asal-asalan mendirikan lembaga pendidikan Islam. Segalanya mesti dipikirkan dan dikelola secara profesional. Pendidikan islam sangat butuh orang-orang yang dapat menahan diri untuk tidak membawa masalah luar ke dalam organisasi. Jangan ada lagi orang yang hanya menjadikan lembaga sebagai kendaraan ambisi pribadinya, mendapatkan kedudukan, kekayaan atau mendongkrak prestise. Tentu saja, semua tenaga profesional itu diberi imablan yang sesuai. Tidak ada lagi ada yang hanya “digaji” sekadar untuk ongkos jalan.
2.      Kemandirian : ketergantungan yang besar terhadap pihak tertentu, terutama masalah finansial, membuat pendidikan Islam sulit berkembang. Apalagi jika harapan satu-satunya sumber finansial itu adalah siswa atau orang tua. Pengelola harus lebih lebih kreatif dan gigih menyongsong kemandirian finansial. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menggali lebih serius potensi internal lembaga atau membangun kerjasama dengan berbagai pihak. Saat ini, sangat banyak lembaga pendidikan lain yang eksis “hanya” karena bisa bekerjasama dengan orang atau lembaga donor, nasional dan internasional, tanpa mengorbankan jatidiri mereka.
3.      Menggairahkan studi keislaman : tidak  dapat dipungkiri bahwa sepinya peminat pendidikan Islam karena adanya anggapan, yang banyak benarnya, bahwa pendidikan islam hanya berorientasi akhirat. Mereka memburu pendidikan umum karena butuh ilmu untuk sukses dalam kehidupan di dunia, atau dunia akhirat. Para pelajar dan orangtua lebih berminat memasuki program studi umum karena dianggap lebih menjamin masa depan. Trend ini harus dihadapi dengan menggairahkan studi islam. Materi pembelajaran tidak boleh lagi dibiarkan terus menerus menjauh dari realitas dunia, tapi harus ada upaya “pembumian” orang yang mendalami ilmu-ilmu islam tidak boleh lagi merasa di awang-awang, tapi menginjak bumi karena hasil studinya akan dapat dinikmati dalam dunia dan akhirat.
Selain hal tersebut diatas, upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan islam adalah:
a.       Optimalisasi SDM
Dibidang pendidikan dan pengajaran, upaya optimalisasi sumber daya manusia (SDM) yang dimaksud tentu terarah pada sosok pribadi masing-masing guru. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar, setiap guru diharapkan mempunyai komitmen untuk peningkatan profesionalitas pengajaran. Hal ini bisa direalisasikan jika para guru berkomitmen juga sebagai juru da’i. Pertama, dapat mensucikan niat(motivasi) dan cita-cita. Kedua, kemuliaan islam dan umat islam.
b.      Perkembangan Tiga kompetensi Utama
Upaya untuk mengoptimalkan profesionalitas pengajaran dalam lembaga pendidikan islam, kapabilitas guru juga harus mencakup minimal tiga kompetensi guru dasar. Pertama, semua guru adalah guru agama. Kedua, semua guru adalah guru bidang studi. Ketiga, semua guru adalah guru bk.
            Dapat disimpulkan bahwa sebenarnya tidak sulit menciptakan pendidikan Islam yang berkualitas sepanjang semua unsur tekait mau. Niat ikhlas, mencakup lurus beribadah pada Allah dan profesional, serta kerja yang benar-benar serius merupakan gerbang ke sana. Sebagai cermin, Islam zaman keemasan Islam pernah memiliki universitas-universitas besar dan sangat modern untuk masanya.









BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pada hakikatnya, pendidikan islam jika dilihat dari latar belakang pendiriannya adalah pendidikan yang lebih didasarkan atas niat dan motivasi masyarakat dalam rangka menerapkan nilai-nilai islam. Hal tersebut dapat diketahui dari pelaksanaannya selama ini, yakni lebih ditekankan pada upaya membangun pengetahuan peserta didiknya dalam hal keagamaan dibandingkan dengan pengetahuan umum lainnya, praktik pendidikan yang demikian, memang belakangan ini mendapat kritikan tajam dari berbagai pihak.
Problematika pendidikan adalah persoalan-persoalan atau pemasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan. Sistem pendidikan islam yang ada hanya mengajarkan ilmu agama-agama saja. Di sisi lain, generasi muslim yang menempuh pendidikan di luar sistem pendidikan islam hanya mendapatkan porsi kecil dalam hal pendidikan islam atau bahkan sama sekali tidak mendapatkan ilmu-ilmu keislaman.
Sampai saat ini, perbaikan dan pengembangan program serta peningkatan kualitas yang sangat urgen dilakukan oleh lembaga pendidikan islam. Akan tetapi jika pembelajarn Pendidikan Islam masih menggunakan pembelajaran konvensional, apakah mungkin dapat meningkatkan kualitas Pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum) Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
file:kapita%20selekta/all%20education%20%20Pendidkan%20agama%20dan%20pendidikan%20umum.html
file:/kapita%20selekta/suaramu%20mengalihkan%20duniaku%20%20Makalah%20Lembaga%20Pendidikan%20Umum%20dan%20Pemdidikan%20Islam.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar